en id

Bukti Nyata Dukungan Terhadap Pariwisata Dan Kearifan Lokal, Bandara Adisutjipto Resmikan Taman Budaya Borobudur Bandara Adisutjipto Sekaligus Laksanakan Jamasan Kereta Kencana Adisutjipto

20 Sep 2017

kembali ke list


YOGYAKARTA – Candi Borobudur – salah satu ikon budaya kebanggaan Indonesia kini hadir di Bandara Internasional Adisutjipto Yogyakarta.

The World Heritage¸ begitulah UNESCO menetapkan Candi Borobudur (pada tahun 1991) sebagai salah satu warisan budaya dan sebagai salah satu monumen Buddha terbesar di dunia. Di Pulau Jawa, Candi Borobudur yang dibangun di era Dinasti Syailendra pada 780-840 Masehi, merupakan salah satu ikon yang paling menarik perhatian bagi wisatawan baik domestik maupun mancanegara, lebih dari 3,8 juta wisatawan berkunjung di tahun 2016. Sebagai bentuk penghargaan pada warisan budaya yang telah diakui oleh dunia ini, Bandara Internasional Adisutjipto menyelenggarakan Peresmian Taman Budaya Borobudur Bandara Internasional Adisutjipto, pagi ini,  tanggal 20 September 2017.

Selain sebagai bentuk penghargaan, acara ini diselenggarakan dengan tujuan mendukung potensi wisata budaya baik yang berada di wilayah maupun sekitar Yogyakarta. Tujuan ini selaras dengan komitmen                     PT. Angkasa Pura I (Persero) dalam sinergi BUMN untuk mendongkrak potensi pariwisata di wilayah Joglosemar. Komitmen ini didukung pula dengan semangat untuk memberikan pelayanan terbaik bagi pengguna jasa bandar udara, di Bandara Internasional Adisutjipto Yogyakarta. Diharapkan pengguna jasa bandar udara dapat turut merasakan nuansa seni budaya dan pariwisata Indonesia melalui gerbang utama ke suatu wilayah yaitu Bandara.

“Stupa dan Patung Buddha yang biasanya hanya dapat dilihat di Candi Borobudur, Magelang, kini bisa dilihat di bandara. Jadi ketika penumpang turun dari pesawat, akan dapat langsung merasakan nuansa khazanah seni dan budaya Jawa yang iconic dengan keberadaan mini Candi Borobudur di Taman Bandara yang kita beri nama Taman Budaya Borobudur Bandara Internasional Adisutjipto,” jelas General Manager Bandara Adisutjipto Yogyakarta, Agus Pandu Purnama, di Yogyakarta, Rabu (20/09).

Taman Budaya Borobudur yang menyuguhkan 2 (dua) Stupa dengan tinggi 1,8 meter dan diameter 2 meter serta 2 (dua) Patung Buddha dengan tinggi 1,7 meter dan diameter 2 meter, dibuat dengan menggunakan batu candi dan andesit ini akan dibuka untuk publik, yaitu para pengguna jasa bandara. Dilengkapi dengan kolam air mancur, pendopo dan tanaman hijau, diharapkan mampu memberikan suasana rindang nan tenang bagi para pengguna jasa bandara saat berada di Taman yang berlokasi di area depan lobby drop zone Terminal A.

Bersamaan dengan agenda Peresmian Taman Budaya Borobudur, PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandara Internasional Adisutjipto turut menyelenggarakan Jamasan Kereta Kencana Adisutjipto. Jamasan merupakan prosesi atau ritual memandikan alat-alat pusaka dan benda-benda yang diagungkan di kerajaan. Kereta Kencana Adisutjipto ini merupakan salah satu ikon budaya Yogyakarta yang telah dihadirkan di Bandara Internasional Adisutjipto pada tanggal 19 Juni 2016 lalu. Suasana Jawa begitu terasa dihadirkan pada pagi hari ini. Selain Candi Borobudur, Kereta Kencana, juga tampak alunan music tradisional gamelan yang dimainkan secara live, juga yang tidak kalah menyita perhatian para pengguna jasa bandara adalah parade 16 Pasukan Bergada bersenjata dan penabuh.

"Penyelenggaraan ‘Peresmian Taman Budaya Borobudur Bandara Internasional Adisutjipto dan Jamasan Kereta Kencana Adisutjipto’ merupakan komitmen kami dalam memberikan pelayanan dan kenyamanan kepada pengguna jasa bandara, sekaligus sebagai upaya mendukung potensi seni budaya dan pariwisata serta kearifan lokal di Yogyakarta. Dengan harapan setiap pengunjung dapat semakin mengenali dan tidak melupakan salah satu identitas budaya bangsa yang menjadi ciri khas kota Yogyakarta, budaya dan seni Jawa serta kebanggaan Indonesia. Selain itu juga kami ingin memberikan semangat bagi kita semua untuk terus dapat berkarya maupun berinovasi untuk menyumbangkan kontribusi kita pada pelestarian budaya bangsa, khususnya di Yogyakarta,” imbuh Pandu.***